"Battle Royale kok gak ada pintunya?", "Battle Royale kok buriq?", "Battle Royale kok haram?". Begitulah orang Indonesia. Ketika ada dua perbedaan selera, langsung baku hantam di sosial media. Padahal dua developer game tersebut gak ada pertikaian siapa yang terbaik, malah mereka kerja sama. Apakah orang Indonesia mulai melupakan prinsip Bhinneka Tunggal Ika? 

Dahulu, aku adalah player pubg mobile yang kemudian menjadi player free fire. Awalnya ketika aku pindah dari pubg mobile ke free fire, bedanya itu signifikan banget. First Impression ku sangat buruk. Game tersebut seperti lebih kaku dari pubg mobile. Tapi setelah aku main selama kurang lebih 1 bulan, aku paham bahwa setiap game ada kelebihan, kekurangan, dan pemainnya masing-masing. Nggak semua orang di Indonesia yang punya budget untuk beli smartphone dengan spesifikasi yang mencukupi untuk bermain pubg mobile. Dan nggak semua orang di Indonesia suka dengan game tersebut. Pubg Mobile memiliki grafis bagus, tapi size game-nya besar. Free fire memiliki grafis pas pasan, tapi size game-nya gak terlalu besar. Dari situ saja kita sudah tau bahwa kedua game ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang membuat orang menentukan selera-nya. 

Beranjak dari perdebatan omong kosong tentang pubg mobile vs free fire, ada beberapa orang yang bilang kalau smartphone yang hanya bisa bermain free fire adalah smartphone kentang atau buruk sedangkan yang bisa bermain pubg mobile adalah smartphone bagus dan mahal. Salah satu temanku mengaku bahwa dirinya sultan hanya karena smartphonenya bisa bermain pubg mobile. Tapi tunggu, gak seperti itu menentukan smartphone tersebut buruk atau tidak? Karena itu semua tergantung dari hardware yang ditawarkan smartphone tersebut. Dan kalau ada yang mengaku sultan hanya karena smartphonenya bisa memainkan pubg mobile, tantang dia untuk gacha di game pubg mobile jika memang dia sultan.

Jadi kesimpulannya, Game itu memiliki pemainnya masing-masing. Buat apa berdebat tentang omong kosong yang melibatkan dua game ini? Barangkali kita lupa kalau perbedaan lah yang membuat kita seperti sekarang ini. Perbedaan lah yang membuat kita merasakan kemerdekaan dan kebebasan tidak seperti saat ketika Indonesia masih dijajah. Dan as always, Thanks for Reading