Ketika itu semua berubah. Raut wajah bahagia seketika menjadi suram. Detak jantung yang normal perlahan-lahan mulai berdetak kencang. Tegang. Takut. Penasaran. Menanti sebuah jawaban. Jawaban yang disampaikan dari sebuah website. Menanti kalimat indah. Berharap tinggi. Menanti waktu yang tepat. Detik demi detik diperhatikan. Sampai tiba waktunya. Secercah cahaya dari layar gadget menanti. Dan tiba saatnya mendapatkan jawaban dari semua ini. Momen ini adalah momen bahagia bagi sebagian orang. Dan menjadi momen yang sedih juga bagi sebagian orang. Raut wajah yang tegang menjadi cerah berseri-seri. Namun, ada juga yang menjadi lusuh. Bagai kertas yang basah. Mereka lusuh. Harapan yang mereka harapkan. Usaha yang mereka lakukan seakan menjadi sia-sia. Tak sedikit dari mereka yang berusaha menguatkan diri, namun gagal. Berakhir dalam kesedihan. Berakhir dalam keterpurukan. Tapi enggak buat Aku. 

Ini adalah sebuah cerita tentang itu. Dan ini.. bukan novel. 

Perkenalkan, namaku Mifta. Aku adalah orang yang saat itu mengikuti SBMPTN. Setelah menanti hari demi hari. Akhirnya hari-hari menjelang pengumuman datang. Satu hari sebelum hari pengumuman, Aku dan temanku yang tak ingin kusebut namanya (namun, panggil saja Buah), berencana melihat pengumuman itu bersama-sama. Saling bertukar cerita sebelum hari pengumuman. Dan setelah tiba hari pengumuman, Aku dan Buah menjalani hari-hari dengan biasa, di rumah masing-masing. Sepakat, setelah siang tiba, kita bersiap-siap. Ga cuma Buah, tapi banyak temanku yang chat ke personal contact ku di whatsapp tentang ini. Kubaca chat mereka. Berkata bahwa mereka tegang. Jantung mereka berdetak kencang seakan sedang menguji adrenalin. Deg deg-an. Dan ya, begitupun Aku dan Buah. Mengalami hal yang serupa. Detik-detik menuju pengumuman, mungkin menjadi momen yang paling menegangkan. Aku dan Buah berbicara via telepon, dan mencoba masuk ke website. Buah berhasil masuk, sedang Aku tidak. Akhirnya pengumuman tiba. Dengan memasukkan data yang perlu dimasukkan untuk melihat hasil. Saat itu Aku masih tak bisa masuk ke website. Buah berhasil melihat hasilnya. Kemudian dia menawari untuk melihat hasilku. Dan ya, daripada Aku berlama-lamaan menunggu, akhirnya Aku memberi data yang diperlukan untuk melihat hasil itu. Dan.. disini adalah hal yang menegangkan. Aku berkata kepada diriku, apapun hasilnya, terima. Dan yah, Aku adalah orang yang tidak lulus SBMPTN. Dan Aku hanya berkomentar, "oh oke". 
    "Sabar ya Mip, ada jalan yang lain." Kata-kata yang terlontar dari mulut Buah. Dan Aku terima itu dengan berkata, "Makasih ya."

Saat itu, Aku tak mengalami kesedihan, atau pun keterpurukan. Aku biasa-biasa saja. Dan Aku mensyukurinya. Teman-temanku bertanya padaku. Dan guru bimbelpun bertanya. Aku menjawab dengan kata, "Alhamdulillah.", kemudian Aku beri tau bahwa Aku tidak lulus. 

Aku memberi tau orang tuaku. Kakak perempuanku menemuiku dan berkata, "yang sabar ya." Dalam hatiku, Aku berkata, "Padahal Aku biasa aja." Entah bagaimana orang-orang menanggapi ini. Tapi Aku merasa kalau banyak orang yang menganggap ini adalah buruk. But, I don't think about it. Aku merasa bahwa gagal dalam SBMPTN bukan berarti akhir dari semua. Banyak jalan menuju kesuksesan. Dan gagal SBMPTN bukan berarti stop.

Oiya, bukan cuma Aku, tapi Buah juga gagal kok. Kami sama-sama gagal. Tapi saat itu, Buah lulus di seleksi bersama masuk politeknik negeri. Jadi, sebenernya gagal dalam satu seleksi apapun itu, bukan berarti itu adalah akhir. Teruslah bersyukur. Ga ada dari penciptaan Tuhan yang sia-sia. 

Bukan Novel #1